Selasa, 30 November 2010

PROMOSI KESEHATAN PADA IBU HAMIL

BAB I
PENDAHULUAN
p

Pengertian kehamilan

Kehamilan adalah proses pembuahan ovum oleh sperma sehingga terjadi rangakaian peristiwa yang baru/gestasi sampai fetus aterm. Sebagian besar wanita menyambut kehamilan itu dengan gembira, tetapi adakalanya disertai kecemasan dan kesedihan. Hal ini disebabkan oleh perubahan fisik dan psikologis yang dialami ibu sehingga timbul berbagai masalah.

Adapun berbagai masalah yang dihadapi ibu hamil, antara lain:
1. Sering buang air kecil (BAK)
2. Mual-muntah (morning sickness)
3. Mengidam
4. Kejang kaki
5. Infeksi saluran kemih
6. Anemia atau kurang darah
7. Kejang perut bagian bawah
8. Pusing
9. Sakit punggung
10. Varises

Untuk menghindari masalah-masalah tersebut, ibu harus melakukan pemeriksaan ANC sebanyak minimal 4 kali. Selain itu ibu harus mencari informasi tentang perkembangan kehamilan serta memenuhi nutrisi yang cukup melalui promosi kesehatan.


PROMOSI KESEHATAN TERHADAP IBU HAMIL

Lingkup promosi kesehatan terhadap ibu hamil meliputi lingkup fisik dan psikologis. Lingkup fisik meliputi gizi, oksigen, personal hygiene, pakaian, eliminasi, sexual, mobilisasi, body mekanik, exercise/senam hamil, istirahat, imunisasi, traveling, persiapan laktasi, ersiapan persalinan dan kelahiran, kesejahteraan janin, ketidaknyamanan, pendidikan kesehatan dan pekerjaan. Lingkup psikologis meliputi Support keluarga, support tenaga kesehatan, rasa aman dan nyaman, persiapan menjadi orang tua, dan persiapan sibling.

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentuka kehidupan selanjutnya. Bahkan sebagian ibu hamil merasa cemas, panik yang bisa berujung pada depresi berat.

DUKUNGAN PSIKOLOGIS PENTING
Dukungan psikologis dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati) pada wanita hamil dan aspek teknis, dapat mengurangi aspek sumber daya (tenaga ahli, cara penyelesaian persalinan normal, akselerasi, kendali nyeri dan asuhan kebidanan). Hal-hal tersebut dapat dilakukan oleh suami bersama keluarga ibu atau bidan sebagai tenaga kesehatan melalui promosi kesehatan.
Pada ibu yang primipara, kehamilan merupakan suatu pengalaman yang baru. Sehingga ibu tersebut memerlukan suatu informasi yang berhubungan dengan kehamilannya. Bagi petugas kesehatan berkewajiban menyampaikan informasi-informasi yang diperlukan oleh ibu. Sehingga ibu dapat memahami keadaaannya dan dapat melakukan hal-hal yang berkaitan dengan kehamilannya.

BAB II
ISI

Promosi kesehatan pada ibu hamil bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi ibu hamil agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Diharapkan penyuluhan dan informasi dari bidan bisa setiap ibu hamil dapat menjalani kehamilannya dengan tenang. Serta siap menghadapi persalinan.


Hal-hal yang perlu dipromosikan pada ibu hamil adalah sebagai berikut :
A.

KEBUTUHAN NUTRISI IBU HAMIL
Selama kehamilan ibu membutuhkan tambahan asupan makanan untuk pertumbuhan janin dan pertahanan dirinya sendiri. Sebagai tenaga kesehatan sebaiknya melakukan upaya untuk mempromosikan tentang kebutuhan nutrisi ibu hamil tersebut.

Tambahan gizi yang diperlukan ibu hamil adalah :
Protein : dari 6 gr/hari menjadi 10 gr/hari
Energi / kalori : yang dapat diperoleh dari karbohidrat dan lemak
Vitamin : sebagai pengatur dan pelindung
Penambahan tersebut diperlukan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan janin, persiapan persalinan dan untuk melakukan aktivitas. Penambahan ini pada trimester pertama belum diperlukan, tetapi pada trimester dua dan tiga dibutuhkan penambahan nutrisi karena terjadi pertumbuhan dan perkembangan janin yang cepat.

3 Jenis makanan yang penting setiap hari dikonsumsi ibu hamil :
Zat besi :: Untuk mencegah anemia sehingga tidak akan terjadi BBLR, perdarahan,dll
Kalsium : Untuk pertumbuhan tulang
Yodium : Untuk mencegah pembesaran kelenjar gondok pada ibu, perkembangan lambat sehingga akan terjadi retardasi mental, cebol.
B







ISTIRAHAT
Istirahat bagi ibu hamil untuk meringankan urat syaraf atau mengurangi aktivitas otot.
Kegunaan istirahat adalah :
Untuk melepaskan lelah
Memberikan kesempatan pada tubuh untuk membentuk kegiatan baru
Menambah kesegaran untuk melakukan pekerjaan

Relaksasi tubuh yang sempurna mengatasi ketegangan fisik dan psikis selama hamil terutama pada saat melahirkan.
cara penyegaran tubuh yang sehat yaitu : pertama angkat tangan, kemudian turunkan, sekali lagi angkat kemudian tarik nafas dan hembuskan, lakukan dengan santai.

Cara tidur yang nyaman
Pertama-tama ibu hamil duduk perlahan, topanglah tubuh dengan tangan kanan. Kemudian sedikit miringkan badan ke kanan, tangan kiri menyilang ikut menopang tubuh ibu perlahan-lahan, kemudian ibu hamil bisa tidur dengan telentang.
Begitu juga saat bangun, terlebih dahulu miringkan tubuh ke kanan, topanglah tubuh dengan tangan kanan. Bangunlah perlahan-lahan dan kemudian ibu hamil bisa duduk kembali. Kalau perut ibu semakin besar akan sulit untuk tidur dengan posisi telentang maupun sebaliknya. Untuk itu ibu merasa tidur dengan posisi miring ke kiri.
C.


KEBUTUHAN PAKAIAN
Ibu hamil sebaiknya mengenakan pakaian yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
Nyaman : pakaian sebaiknya tidak ada penekanan-penekanan pada bagian tertentu sehingga ibu tidak dapat bebas bergerak
Longgar : bukan berarti pakai baju yang terlalu besar, tapi yang dapat bergerak bebas
Tidak tebal : pakaian tebal akan menimbulkan rasa panas dan keluarnya keringat sehingga tidak bebas bergerak

Menarik : enak dipandang mata
Menyerap keringat : karena pada ibu hamil banyak keringat, maka dianjurkan memakai pakaian yang menyerap keringat. Disini ditekankan pada bahan dasarnya.

IMUNISASI
Pada masa kehamilan ibu hamil diharuskan melakukan imunisasi tetanus toksoid (TT). Gunanya pada antenatal dapat menurunkan kemungkinan kematian bayi karena tetanus. Ia juga dapat mencegah kematian ibu yang disebabkan oleh tetanus.
Menurut WHO seorang ibu tidak pernah diberikan imunisasi tetanus, sedikitnya 2x injeksi selama kehamilan ( I pada saat kunjungan antenatal I dan II pada 2 minggu kemudian )
Jadwal pemberian suntikan tetanus adalah :
• TT 1 selama kunjungan antenatal I
TT 2 → 4 minggu setelah TT 1
• TT 3 → 6 minggu setelah TT 2
• TT 4 → 1 tahun setelah TT 3
• TT 5 → 1 tahun setelah TT 4

Karena imunisasi ini sangat penting, maka setiap ibu hamil hendaknya mengetahui dan mendapat informasi yang benar tentang imunisasi TT. Petugas kesehatan harus berusaha program ini terlaksana maksimal dan cepat.
E.


SENAM HAMIL
Senam hamil bukan merupakan keharusan, namun dengan melakukan senam hamil akan memberikan banyak manfaat dalam membantu kelancaran proses persalinan, antara lain dapat melatih cara mengedan yang benar. Kesiapan ini merupakan bakal bagi calon ibu pada saat persalinan.




Tujuan senam hamil adalah :
 Memberikan dorongan serta melatih jasmani dan rohani ibu secara bertahap agar ibu dapat menghadapi persalinan dengan tenang, sehingga proses persalinan dapat berjalan lancar dan mudah
 Membimbing wanita menuju suatu persalinan yang fisiologis
 Melonggarkan persendian yang berhubungan dengan proses persalinan

Manfaat senam hamil secara teratur :
• - Memperbaiki sirkulasi darah
• - Mengurangi pembengkakan
• - Memperbaiki keseimbangan otot
• - Mengurangi kram / kejang pada kaki
• - Menguatkan otot-otot perut
• - Mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan

Syarat-syarat mengikuti senam hamil :
• Pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter / bidan
• Lakukan latihan setelah kehamilan 22 minggu
• Lakukan latihan secara teratur dan disiplin

KUNJUNGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN
Setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal :
• 1x kunjungan selama Trimester I (sebelum 14 mg)
• 1x knujungan selama Trimester II (antara mg 14-28)
• 2x kunjungan selama Trimester III (antara mg 28-36 dan sesuda mg 36)
Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasai yang sangat penting. Tabel di bawah ini memberikan garis-garis besarnya :

Kunjugan Waktu Informasi Penting
TM I Sebelum mg ke-14 Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dengan ibu hamil
Mendeteksi masalah dan menanganinya
Melakukan tindakan pencegahan spt tetanus neonaturum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan
Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi
Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan dan sebagainya)
TM II Sebelum mg ke-28 Sama seperti di atas ditambah kewaspadaan khusus mangenai preeklamsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi oedema periksa untuk mengetahui proteinuria)
TM III Antara mg ke 28-36 Sama seperti di atas ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda
TM III Setelah mg ke-36 Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah Sakit


TANDA-TANDA DINI BAHAYA / KOMPLIKASI PADA KEHAMILAN MUDA
1. Perdarahan Pervaginam
 Abortus
 Kehamilan Mola
Patologi : sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih
Tanda dan gejala :
• -Perdarahan sedang banyak
• -Serviks terbuka
• -Uterus lunak dan lebih besar dari usia kehamilan
• -Hyperemesis lebih lama
• -Kram perut bagian bawah
• -Tidak ada tanda-tanda adanya janin
• -Keluar jaringan seperti anggur
Penanganan :Segera dikeluarkan karena bernahaya.

Kehamilan Ektopik
→ kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri
Gejala : amenorhoe, nyeri perut, perdarahan pervaginam sedikit, syok karena hypovolemia, nyeru palpasi dan nyeri pada toucher, tumor dalam rongga panggul, gangguan kencing, Hb menurun.

Hyperemesis Gravidarum
→mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil
a.
Penanganan : rawat jalan dengan diet sering ngemil, minum vitamin B6, tinggi karbohidrat rendah lemak.

b
. Nyeri Perut Bagian Bawah
→ Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang
Diagnosis nyeri perut bagian bawah :
a. Kista ovarium
Apendisitis : radang umbai cacing usus buntu
Sintitis : disuria, sering berkemih, nyeri perut
d. Pielonefritis : infeksi akut saluran kemih dengan gejala disuria, demam tinggi, sering berkemih, nyeri perut
e. Peritronitis : radang selaput perut dalam rongga panggul, dengan gejala demam, nyeri perut bawah, bising usus negatif
f. Kehamilan ektopik : tandanya nyeri perut, ada perdarahan sedikit, serviks tertutup, uterus sedikit besar dan lunak
TANDA-TANDA DINI BAHAYA / KOMPLIKASI IBU DAN JANIN PADA KEHAMILAN
LANJUT
 Perdarahan Pervaginam
Pada TM III perdarahan disebabkan oleh :
a. Placenta Previa
menutupi sebagian / seluruh pembukaan jalan lahir.
Penyebabnya :
keadaan endometrium kurang baik, terdapat pada MP, Myoma Uteri, Curretase berulang-ulang
. Solusio Placenta
→ Terlepasnya placenta sebelum waktunya dengan implantasi pada kehamilan TM III
Etiologi :
Hypertensi, tali pusat pendek, trauma, tekanan rahim membesar pada vena cava inferior, hydramnion gemelli, MP, usia lanjut, defisiensi asam folat.
 2. Sakit Kepala yang hebat, Penglihatan Kabur, Bengkak pada Wajah & Tangan
• diagnosa: Hypertensi, pre-eklampsia dan eklampsia
 3. Keluarnya Cairan Pervaginam
a. KPD
→ Pecahnya ketuban sebelum inpartu bila pembukaan pada PP <>
Etiologi :
Belum jelas sehingga preventif tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu menganjurkan ibu menjaga kebersihannya terutama bagi perineum
 Gerak Janin tidak Terasa
→ Ibu tidak merasakan lagi gerakan janin pada usia kehamilan 22 minggu atau selama persalinan.
a.
 Nyeri Perut yang Hebat
→ Ibu mengeluh nyeri perut pada kehamilan . 22 minggu
a. Ruptura uteri
PERSIAPAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN BAYI
Persiapan persalinan yaitu rencana tindakan yang dibuat oleh ibu, anggota keluarga dan bidan

Komponen rencana persalinan :
 Membuat rencana persalinan
berupa tempat bersalin, tenaga kesehatan yang terlatih, bagaimana berhubungan dengan tenaga kesehatan, yransportasi, teman dalam persalinan, serta biaya untuk persalina
 2. Rencana pembuat keputusan
disini dibicarakan siapa yang bertindak sebagai pengambil keputusan
 3. Mempersiapkan sistem transpor
dimana tempat bersalin, cara menjangkau tingkat asuhan lebih lanjut, fasilitas kesehatan untuk merujuk, mendapatkan dana, dan persiapan donor darah
 4. Membuat rencana atau pola menabung
anjurkan keluarga menabung, sehingga jika diperlukan dapat diambil langsung, bidan bekerjasama dengan masyarakat dan tokoh masyarakat
 5. Mempersiapkan barang-barang untuk persalinan
berupa pakaian ibu dan pakaian bayi

Menyiapkan Kelahiran (Trimester III)
Ibu perlu diberikan pendidikan bagaimana perilaku yang benar selama persalinan.

Persiapan terbaik untuk melahirkan menurut Laderman, 1984 adalah :
• menyadari kenyaaan secara sehat tentang nyeri
• menyeimbangkan resiko dengan rasa senang
• keinginan tentang hadiah akhir berupa bayi
J.


























PERSIAPAN LAKTASI
Payudara adalah sumber ASI yang merupakan makanan utama bagi bayi
yang perlu diperhatikan dalam persiapan laktasi adalah :
 Bra harus sesuai dengan pembesaran payudara yang sifatnya menyokong payudara dari bawah, bukan menekan dari depan
 Sebaliknya ibu hamil masuk dalam kelas ”bimbingan persiapan menyusui”
 Penyuluhan (audio-visual) tentang :
• - Keunggulan ASI dan kerugian susu botol
• -Manfaat rawat gabung
• -Perawatan bayi
• -Gizi ibu hamil dan menyusui
• -Keluarga berencana,dll
 Dukungan psikologis pada ibu untuk menghadapi persalinan dan keyakinan dalam keberhasilan menyusui
 Pelayanan pemeriksaan payudara dan senam hamil

Langkah yang harus diambil dalam mempersiapkan ibu secara kejiwaan untuk menyusui adalah :
Mendorong setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat sukses dalam menyusui bayinya, menjelaskan pada ibu bahwa persalinan dan menyusui adalah proses alamiah yang hampir semua ibu berhasil menjalaninnya. Bila ada masalah, petugas kesehatan akan menolong dengan senang hati









BAB III
KESIMPULAN


Penambahan nutrisi pada ibu hamil diperlukan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan janin, persiapan persalinan dan untuk melakukan aktifitas
Ibu hamil membutuhkan istirahat yang cukup untuk relaksasi tubuhnya dalam mengatasi ketegangan fisik dan psikis selama hamil.
Dalam hal berpakaian ibu memerlukan pakaian yang membuat ibu nyaman.
Ibu hamil memerlukan imunisasi TT untuk menurunkan infeksi tetanus bagi ibu dan janinnya.
Ibu dianjurkan mengikuti kegiatan senam hamil untuk membantu mempelancar proses persalinan.
Kunjungan kahamilan dilakukan mi nimal 4 kali selama kehamilan.
Ibu harus mengetahui tanda-tanda bahaya bagi ibu dan janin baik pada kehamilan muda maupun dalam kehamilan lanjut, seperti perdarahan pervaginam, oedema, nyeriperut yang hebat, dll.
7.Pesiapan persalinan dan kelahiran bayi harus direncanaklan oleh ibu selama kehamilannya.
ASI merupakan makanan utama bagi bayi, oleh karena itu ibu harus mempersiapkannya selama kehamilan baik dalam hal perawatan maupun kualitas nutrisi pembentukan ASI.


5.
3.
6.

9.
Ibu hamil harus mendapatk



DAFTAR PUSTAKA



• http://www.promosi kesehatan.com
Blog oleh Eny Retna Ambarwati. LINGKUP PROMOSI KESEHATAN dalam Praktek Kebidanan menurut sasarannya.
Diakses pada tgl.31 oktober 2010 pukul 14.00 WIB

• http://www.lingkup promkes.co.id
Blog oleh Saifuddin. Lingkup Promosi Kesehatan Pada Ibu Hamil.Tahun 2009.

Diakses pada tgl 31 oktober 2010 pukul 10.00 WIB

Kala II Memanjang

BAB I
MATERI


A. DEFENISI
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah :
1. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya.
3. Perineum menonjol.
4. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
5. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi objektif) yang hasilnya adalah:
1. Pembukaan serviks telah lengkap, atau
2. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

B. MEKANISME PERSALINAN
Mekanisme persalinan adalah rangkaian gerakan pasif dari janin terutama yang terkait dengan bagian terendah janin (presenting part). Secara singkat dapat disimpulkan bahwa selama proses persalinan janin melakukan gerakan utama yaitu turunnya kepala, fleksi, putaran paksi dalam, ekstensi, putaran paksi luar, dan ekspulsi. Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan.







C. POSISI MENERAN
Macam - macam posisi yang dapat dilakukan:
1.Posisi Duduk / Setengah Duduk
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat mengubah–ubah posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan
2.Merangkak / berbaring miring ke kiri
3.Posisi Jongkok / Berdiri

D. MANUVER TANGAN DAN LANGKAH – LANGKAH DALAM MELAHIRKAN, MEMBANTU KELAHIRAN BAHU
1.Melahirkan kepala
Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan siapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi segera setelah setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan (di bawah kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum.
2.Melahirkan bahu
-Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi berikut sehingga terjadi putaran paksi luar secara spontan
-Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu meneran sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu melewati simfisis
-Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala ke atas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan.
3.Melahirkan seluruh tubuh bayi
-Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke arah perineum dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut
-Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat melewati perineum
-Tangan bawah (posterior) menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir
-Secara simultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan memegang bahu, siku dan lengan bagian anterior
-Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian punggung, bokong dan kaki
-Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas diantara kedua kaki bayi yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jarti tangan lainnya
-Letakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih rentan dari tubuhnya
-Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan kain atau selimut di atas perut ibu. Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dengan baik.


Rujukan
Pada kala II persalinan, kita tidak bisa menduga penyulit apa yang terjadi. Oleh karena itu kita harus selalu waspada dalam memantau kondisi ibu dan janinnya. Keadaan pada kala II persalinan yang memerlukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap ialah jika pada ibu ditemukan diantaranya tanda dan gejala syok, dehidrasi, infeksi, inersia uteri. Selain itu, rujukan dilakukan jika ditemukan gawat janin, kepala bayi tidak turun, cairan ketuban bercampur mekonium pada presentasi kepala, tanda–tanda distosia bahu, tali pusat menumbung, dan kehamilan kembar tak terdeteksi.











BAB II
PEMBAHASAN


KASUS PERSALINAN LAMA AKIBAT KALA 2 MEMANJANG
Kasus persalinan dengan bantuan Vakum
Dokumentasi melalui 7 langkah VARNEY

I.Pengkajian Data

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Dagang
Agama : Islam
Alamat : Watumalang, Wonosobo
Masuk RS : 13 Juni 2008, pukul 11.20

II. ANAMNESA
1. Keluhan utama : ibu tidak kuat mengejan dalam persalinan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RS Wonosobo dengan diantar bidan dengan keterangan G3P2A0 multigravida hamil aterm dalam persalinan kala 2 lama dengan udem labia mayor kanan. Pasien merasa hamil 9 bulan, kenceng-kenceng teratur dirasakan sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit, air kawah sudah keluar (ngepyok) sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit, lendir darah sudah keluar sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien sudah merasa lemas tidak ada tenaga, sudah dipimpin mengejan sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit oleh bidan.

Riwayat obstetri :
I. Anak ♀, umur 12 tahun, lahir dengan VE di RS, BBL 3100 gram, sehat.
II. Anak ♂, umur 5,5 tahun, lahir spontan di bidan, BBL 3200 gram, sehat.
III. Hamil ini
HPMT : 8 September 2007
HPL : 15 Juni 2008
UK : 39 minggu 5 hari
Mual muntah : tidak ada, hanya saat awal-awal kehamilan
Sesak nafas : tidak ada
Riwayat pernikahan :
Menikah 14 tahun yang lalu
Riwayat menstruasi :
Menarche umur 14 tahun, teratur tiap bulan 1x, durasi 5 hari, tidak ada dismenorrhea
Riwayat leukhorea :
Jarang, warna putih jernih, tidak bau, tidak gatal, sedikit
Riwayat ANC :
Teratur tiap bulan di bidan
Riwayat KB :
KB suntik 3 bulan setelah anak kedua umur 1 tahun, berhenti sejak 3 tahun yang lalu
Riwayat penyakit :
Asma, hipertensi, DM, jantung disangkal pasien.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Disangkal pasien
6. Anamnesis Sistem:
Sistem serebrospinal : pasien sadar dan berorientasi penuh, tidak demam, tidak pusing
Sistem respiratorius : tidak batuk, tidak sesak nafas
Sistem kardiovaskular : tidak berdebar-debar, tidak nyeri dada, tidak sesak nafas
Sistem gastrointestinal : tidak anoreksia, tidak mual, tidak muntah, bab normal lancar.
Sistem muskuloskeletal : gerakan bebas, ada nyeri otot di punggung, pegal di punggung, tidak ada patah tulang

III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Composmentis, lemah
2. Vital sign : T : 100/60 mmHg
R : 20 x/menit, teratur
N : 100 x/menit, teratur
CS : 36,8
3. Kepala :Mesocephal, simetris, tidak ada deformitas, rambut hitam distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak rontok, tidak nyeri tekan, tidak oedem facial
4. Pemeriksaan Mata: Palpebra tidak edema, Conjunctiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik 5.Pemeriksaan Telinga: tidak ada otore, tidak ada deformitas
6. Pemeriksaan Hidung: Nafas cuping hidung tidak ada, tidak ada deformitas
7. Pemeriksaan Mulut: Bibir tidak sianosis, Bibir tidak kering, Lidah tidak kotor, gigi ada yang berlubang, tidak karies, tidak ada stomatitis, Faring tidak hiperemis, Tonsil tidak membesar.
8. Pemeriksaan Obstetrik :
KU: lemah, composmentis
Inspeksi :
Mata : conjunctiva tidak anemis
Thorax : hiperpigmentasi papillae dan areola mammae, papilla mammae menonjol. Kelenjar mammae membesar
Abdomen : terlihat striae gravidarum
Ekstremitas : tidak ada oedem
Palpasi abdomen:
Leopold I : TFU 32 cm, pada fundus teraba bagian lunak
Leopold II : teraba janin tunggal, letak memanjang, puka (punggung janin di kanan, bagian kecil di sebelah kiri), HIS (+) 2-3x/ 35-40/ kuat
Leopold III : bagian terbawah janin teraba bulat dan keras, kesan masuk panggul
Leopold IV : bagian terbawah janin teraba 1/5 bagian
Kesimpulan: janin tunggal, letak memanjang, puka, preskep, kepala teraba 1/5 bagian, HIS (+) 2-3x/ 35-40/ kuat, DJJ (+) 144x/menit/teratur, TBJ 3255 gram

9.Pemeriksaan Dalam:
Tampak vulva hematom dan laserasi di labia mayor, dinding vagina licin, serviks tipis, Ф lengkap, selket (-), kepala ↓ H3-4, promontorium tak teraba, STLD (+), AK (+).

10.Pemeriksaan penunjang laboratorium
WBC : 16,92 + 103/µl ↑
LYM : 0,85 – 103/µl ↓
RBC : 4,93 106/µl
HIV : -
Hb ulangan : 11,6

II.Mengidentifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Pukul 11.30
Diagnosa:
Kala II lama
Masalah:
oedem vulva

Prognosis
dengan dilakukan VE baikBagi ibu
dengan dilakukan VE baikBagi janin

Kebutuhan:
Terapi:
Vacuum extraction
telah disetujui melalui: Informed consent keluarga

III.Mengidentifikasi masalah potensial
Masalah Potensial:
gawat janin, kepala bayi tidak turun, cairan ketuban bercampur mekonium pada presentasi kepala, tanda–tanda distosia bahu, tali pusat menumbung, dan kehamilan kembar tak terdeteksi.
IV.Antisipasi Tindakan Segera:
Tindakan segera:
Merujuk jika vakum gagal unbtuk dilakukan Sectio Caesaraen

V.Membuat Rencana Asuhan
Perbaiki keadaan umum dengan :
- Memberikan dukungan emosi. Bila keadaan masih memungkinkan anjurkan bebas bergerak, duduk dengan posisi yang berubah
-Bila penderita merasakan nyeri yang sangat berikan analgetik : tramadol atau
pethidin 25 mg dinaikkan sampai maksimum 1 mg/kg atau morfin 10 mg IM.
16
-Lakukan pemeriksaan vaginal untuk menentukan kala persalinan (lihat
Persalinan normal).
-Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan partograf.
-Periksa denyut jantung janin selama atau segera sesudah his. Hitung frekuensinya sekurang-kurangnya sekali dalam 30 menit selama fase aktif dan tiap 5 menit selama kala II.
-Jika terdapat gawat janin, lakukan seksio sesarea; kecuali jika syarat-
syaratnya dipenuhi, lakukan ekstraksi vakum atau forceps.

VI. Melaksanakan Rencana Asuhan
memperbaiki keadaan umum dengan :
- Memberikan dukungan emosi
-menganjurkan ibu untuk bebas bergerak, duduk dengan posisi yang berubah
- memberikan cairan baik secara parenteral( infuse RL)
-melakukan kateterisasi guna mengosongkan kandung kemih
-memberikan analgetik:
pethidin 25 mg dinaikkan sampai maksimum 1 mg/kg atau morfin 10 mg IM.
-melakukan pemeriksaan vaginal untuk menentukan kala persalinan
-melakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan partograf.
-memeriksa denyut jantung janin selama atau segera sesudah his.
Hitung frekuensinya sekurang-kurangnya sekali dalam 30 menit selama fase aktif dan tiap 5 menit selama kala II.
- terdapat gawat janin, lakukan seksio sesarea; kecuali jika syarat-
syaratnya dipenuhi, lakukan ekstraksi vakum atau forceps.

Adapun kondisi ibu memenuhi untuk dilakukan ekstrasi vakum yaitu:
-Janin hidup
-Presentasi vertex/ presbelkep, janin aterm >2500 gram
-Kepala sudah masuk PAP (kepala di Hodge 3-4, atau teraba 1/5-2/5)
-Kepala janin sudah mengalami engagement
-Panggul ibu adekuat secara klinis
-Analgesia yang sesuai
-Pembukaan lengkap dan ketuban sudah pecah atau sudah dipecah
-Kontraksi masih baik
-Ibu kooperatif dan mau mengejan
-Kandung kencing ibu kosong
-Operator berpengalaman-kompeten
-Ekstraktor vakum masih boleh digunakan, apabila pada presentasi belakang kepala janin sudah sampai Hodge II tetapi belum sampai Hodge III, asal tidak ada DKP.
-SCRencana pendukung apabila vakum gagal

Pukul 11.45
Bayi lahir secara vacuum extraction, sekali pasang, satu kali tarikan sedang, ♀ 3300 gram, 48 cm, AS 6/8
Injeksi Oxytocin 5 IU IM

VII.Evaluasi Rencana Asuhan
Setelah dilakukan ekstraksi vakum 1 kali pasang 1 tarikan sedang, ♀ 3300 gram, 48 cm, AS 6/8. -Plasenta lahir spontan, kesan lengkap. Ukuran 20x20x2 cm3, berat 500 gram, PTP : 50 cm, insersi paracentralis.
-Setelah plasenta lahir, masih terlihat adanya perdarahan, perdarahan ditemukan berasal dari robekan di vulva karena pecahnya oedem saat persalinan.
Rencana Asuhan Tambahan
-Bekuan-bekuan darah dibersihkan kemudian diputuskan tidak dilakukan hecting untuk meminimalisasi manipulasi, dan diberikan tampon dari tempat robekan dan ditutup perban.
-Umumnya partus lama, yang kemudian diakhiri dengan VE dapat mengakibatkan hal-hal yang demikian sampai terjadi retensio urine. Sehingga dilakukan pemasangan dauer catheter untuk memberi istirahat pada otot-otot kandung kencing.
-Pasien tetap dilakukan pengawasan dalam 24 jam, apakah terus terjadi perdarahan dan dengan tampon, perdarahan tidak masive.
-Setelah 24 jam kemudian tampon dilepas dan aff catheter keesokan harinya untuk dilakukan blast training. Fungsi miksi baik dan keesokan harinya pasien diijinkan pulang.

Contoh Pendokumentasian SOAP tentang Kala 2 Memanjang dengan Vakum Ekstraction
S -Pasien merasa hamil 9 bulan
-kenceng-kenceng teratur dirasakan sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit
-air kawah sudah keluar (ngepyok) sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit
-lendir darah sudah keluar sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit
-Pasien sudah merasa lemas tidak ada tenaga
-sudah dipimpin mengejan sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit oleh bidan.

Anamnesis Sistem:
Sistem serebrospinal : pasien sadar dan berorientasi penuh, tidak demam, tidak pusing

Sistem respiratorius : tidak batuk, tidak sesak nafas
Sistem kardiovaskular : tidak berdebar-debar, tidak nyeri dada, tidak sesak nafas
Sistem gastrointestinal : tidak anoreksia, tidak mual, tidak muntah, bab normal lancar.
Sistem muskuloskeletal : gerakan bebas, ada nyeri otot di punggung, pegal di punggung, tidak ada patah tulang

O PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Composmentis, lemah
2. Vital sign : T : 100/60 mmHg
R : 20 x/menit, teratur
N : 100 x/menit, teratur
CS : 36,8
3. Kepala : rambut hitam distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak rontok, tidak nyeri tekan, tidak oedem facial
4.Mata: Palpebra tidak edema, Conjunctiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
5.Telinga: tidak ada otore, tidak ada deformitas
6.Hidung: Nafas cuping hidung tidak ada, tidak ada deformitas
7.Mulut: Bibir tidak sianosis, Bibir tidak kering, Lidah tidak kotor, gigi ada yang berlubang, tidak karies, tidak ada stomatitis, Faring tidak hiperemis, Tonsil tidak membesar.
8. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : cembung (membuncit sesuai umur kehamilan)

9. Pemeriksaan Obstetrik :
KU: lemah, composmentis
Inspeksi :
Mata : conjunctiva tidak anemis
Thorax : hiperpigmentasi papillae dan areola mammae, papilla mammae menonjol. Kelenjar mammae membesar
Abdomen : terlihat striae gravidarum
Ekstremitas : tidak ada oedem

Palpasi abdomen:
Leopold I : TFU 32 cm, pada fundus teraba bagian lunak
Leopold II : teraba janin tunggal, letak memanjang, puka (punggung janin di kanan, bagian kecil di sebelah kiri), HIS (+) 2-3x/ 35-40/ kuat
Leopold III : bagian terbawah janin teraba bulat dan keras, kesan masuk panggul
Leopold IV : bagian terbawah janin teraba 1/5 bagian
Kesimpulan: janin tunggal, letak memanjang, puka, preskep, kepala teraba 1/5 bagian, HIS (+) 2-3x/ 35-40/ kuat, DJJ (+) 144x/menit/teratur, TBJ 3255 gram

10.Pemeriksaan Dalam:
Tampak vulva hematom dan laserasi di labia mayor, dinding vagina licin, serviks tipis, Ф lengkap, selket (-), kepala ↓ H3-4, promontorium tak teraba, STLD (+), AK (+).

11.Pemeriksaan penunjang laboratorium
WBC : 16,92 + 103/µl ↑
LYM : 0,85 – 103/µl ↓
RBC : 4,93 106/µl
Hb ulangan : 11,6

A Pada kasus ini yang menjadi masalah adalah adanya oedem vulva yang diperkirakan menghambat kemajuan persalinan. Untuk memperkecil kerusakan luas pada jalan lahir dan mempercepat persalinan, diputuskan untuk dilakukan vacuum extraction tanpa episiotomy.

Bagaimanapun juga kekuatan hejan ibu masih dibutuhkan, sedangkan alat vacuum extraction membantu untuk mempercepat pelahiran, bukan sebagai penarik utama. Untuk dilakukan vacuum extraction tidak ada kontraindikasi, tidak ada malpresentasi, dan janin aterm.

P Perbaiki keadaan umum dengan :
- Memberikan dukungan emosi. Bila keadaan masih memungkinkan anjurkan bebas bergerak, duduk dengan posisi yang berubah
-Bila penderita merasakan nyeri yang sangat berikan analgetik : tramadol atau
pethidin 25 mg dinaikkan sampai maksimum 1 mg/kg atau morfin 10 mg IM.
16
-Lakukan pemeriksaan vaginal untuk menentukan kala persalinan
-Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan partograf.
-Periksa denyut jantung janin selama atau segera sesudah his.
-Jika terdapat gawat janin, lakukan seksio sesarea; kecuali jika syarat-
syaratnya dipenuhi, lakukan ekstraksi vakum atau forceps.








DAFTAR PUSTAKA


http://www.beritaindonesia.co.id/kesehatan/solusi-melahirkan-tanpa-rasa-sakit/all

http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=71815

http://kireihimee.blogspot.com/2009/10/kasus-persalinan-dengan-vacuum.html

http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/05/31/faktor-risiko-partus-lama-di-rsia-siti-fatimah-makassar/

http://www.scribd.com/doc/43562195/7-Langkah-Helen-Varney-Intra-Cranial

Blog pada WordPress.com. | Theme: Ocean Mist by Ed Merritt.

Syndrom Steven Johnson

BAB I
MATERI

SYNDROM STEVEN JOHNSON
A. PENGERTIAN
Sindrom Steven-Johnson (SSJ) merupakan suatu kumpulan gejala klinis erupsi mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit vesikulobulosa, mukosa orifisium serta mata disertai gejala umum berat. Sinonimnya antara lain : sindrom de Friessinger-Rendu, eritema eksudativum multiform mayor, eritema poliform bulosa, sindrom muko-kutaneo-okular, dermatostomatitis, dll. Sindrom Stevens-Johnson pertama diketahui pada 1922 oleh dua dokter, Dr. Stevens dan Dr. Johnson, pada dua pasien anak laki-laki. Namun dokter tersebut tidak dapat menentukan penyebabnya.
B. PATOFISIOLOGI
Etiologi SSJ sukar ditentukan dengan pasti, karena penyebabnya berbagai faktor, walaupun pada umumnya sering berkaitan dengan respon imun terhadap obat. Beberapa faktor penyebab timbulnya SSJ diantaranya : infeksi (virus, jamur, bakteri, parasit), obat antibiotik (salisilat, sulfa, penisilin, etambutol, tegretol, tetrasiklin, digitalis, kontraseptif), makanan (coklat), fisik (udara dingin, sinar matahari, sinar X), lain-lain (penyakit polagen, keganasan, kehamilan), obat antikejang (mis. fenitoin) dan obat antinyeri, termasuk yang dijual tanpa resep (mis. ibuprofen).
Terkait HIV, penyebab SSJ yang paling umum adalah nevirapine (hingga 1,5% penggunanya) dan kotrimoksazol (jarang). Reaksi ini dialami segera setelah mulai obat, biasanya dalam 2-3 minggu. Patogenesis SSJ sampai saat ini belum jelas walaupun sering dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe III (reaksi kompleks imun) yang disebabkan oleh kompleks soluble dari antigen atau metabolitnya dengan antibodi IgM dan IgG dan reaksi hipersensitivitas lambat (delayed-type hypersensitivity reactions, tipe IV) adalah reaksi yang dimediasi oleh limfosit T yang spesifik.
Erythema multiforme sendiri adalah Suatu kondisi kulit yang tidak diketahui etiologi, mungkin dimediasi oleh pengendapan kompleks imun (kebanyakan IgM) di microvasculature superfisial kulit dan selaput lendir mulut yang biasanya mengikuti suatu infeksi atau obat yg di atas eksposur.


Erythema multiforme


"Eritema multiforme mayor" (Stevens-Johnson syndrome); yang menyerupai "erythema multiforme"
Untungnya Secara Epidemiologi SJS merupakan kondisi langka, dengan melaporkan insiden sekitar 2,6 per juta orang per tahun.
C. GENETIKA
Beberapa orang Asia Timur mengkaji (Han Cina, Thailand), carbamazepine dan fenitoin ternyata memicu SJS adalah sangat terkait dengan HLA-B * 1502 (HLA-B75), sebuah HLA-B serotipe serotipe yang lebih luas HLA-B15. Sebuah penelitian di Eropa menunjukkan bahwa gen penanda hanya relevan bagi orang-orang Asia Timur. Berdasarkan temuan Asia, penelitian serupa dilakukan di Eropa yang menunjukkan 61% dari allopurinol-induced SJS / TEN pasien membawa HLA-B58 (B * 5.801 alel - fenotipe frekuensi di Eropa biasanya 3%). Satu studi menyimpulkan "bahkan ketika alel HLA-B berperilaku sebagai faktor risiko yang kuat, seperti allopurinol, mereka tidak cukup dan tidak perlu menjelaskan penyakit."

D. GEJALA KLINIK/Symptom
Gejala prodromal berkisar antara 1-14 hari berupa demam, malaise, batuk, korizal, sakit menelan, nyeri dada, muntah, pegal otot dan atralgia yang sangat bervariasi dalam derajat berat dan kombinasi gejala tersebut.
Setelah itu akan timbul lesi di :
• Kulit berupa eritema, papel, vesikel, atau bula secara simetris pada hampir seluruh tubuh.
• Mukosa berupa vesikel, bula, erosi, ekskoriasi, perdarahan dan kusta berwarna merah. Bula terjadi mendadak dalam 1-14 hari gejala prodormal, muncul pada membran mukosa, membran hidung, mulut, anorektal, daerah vulvovaginal, dan meatus uretra. Stomatitis ulseratif dan krusta hemoragis merupakan gambaran utama.
• Mata : konjungtivitas kataralis, blefarokonjungtivitis, iritis, iridosiklitis, kelopak mata edema dan sulit dibuka, pada kasus berat terjadi erosi dan perforasi kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Cedera mukosa okuler merupakan faktor pencetus yang menyebabkan terjadinya ocular cicatricial pemphigoid, merupakan inflamasi kronik dari mukosa okuler yang menyebabkan kebutaan. Waktu yang diperlukan mulai onset sampai terjadinya ocular cicatricial pemphigoid bervariasi mulai dari beberapa bulan sampai 31 tahun.



Konjungtivis SSJ

E. DIAGNOSA
Diagnosis ditujukan terhadap manifestasi yang sesuai dengan trias kelainan kulit, mukosa, mata, serta hubungannya dengan faktor penyebab yang secara klinis terdapat lesi berbentuk target, iris atau mata sapi, kelainan pada mukosa, demam. Selain itu didukung pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan imunologik, biakan kuman serta uji resistensi dari darah dan tempat lesi, serta pemeriksaan histopatologik biopsi kulit. Anemia dapat dijumpai pada kasus berat dengan perdarahan, leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi, terdapat peningkatan eosinofil. Kadar IgG dan IgM dapat meninggi, C3 dan C4 normal atau sedikit menurun dan dapat dideteksi adanya kompleks imun beredar. Biopsi kulit direncanakan bila lesi klasik tak ada. Imunoflurosesensi direk bisa membantu diagnosa kasus-kasus atipik.
F. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding utama adalah Nekrosis Epidermal Toksik (NET) dimana manifestasi klinis hampir serupa tetapi keadaan umum NET terlihat lebih buruk daripada SSJ. Ada juga versi yang lebih ringan, disebut sebagai eritema multiforme (EM).
G. PERAWATAN
Pada umumnya penderita SSJ datang dengan keadan umum berat sehingga terapi yang diberikan biasanya adalah :
• Cairan dan elektrolit, serta kalori dan protein secara parenteral.
• Antibiotik spektrum luas, selanjutnya berdasarkan hasil biakan dan uji resistensi kuman dari sediaan lesi kulit dan darah.
• Kotikosteroid parenteral: deksamentason dosis awal 1mg/kg BB bolus, kemudian selama 3 hari 0,2-0,5 mg/kg BB tiap 6 jam. Penggunaan steroid sistemik masih kontroversi, ada yang mengganggap bahwa penggunaan steroid sistemik pada anak bisa menyebabkan penyembuhan yang lambat dan efek samping yang signifikan, namun ada juga yang menganggap steroid menguntungkan dan menyelamatkan nyawa.
• Antihistamin bila perlu. Terutama bila ada rasa gatal. Feniramin hidrogen maleat (Avil) dapat diberikan dengan dosis untuk usia 1-3 tahun 7,5 mg/dosis, untuk usia 3-12 tahun 15 mg/dosis, diberikan 3 kali/hari. Sedangkan untuk setirizin dapat diberikan dosis untuk usia anak 2-5 tahun : 2.5 mg/dosis,1 kali/hari; > 6 tahun : 5-10 mg/dosis, 1 kali/hari. Perawatan kulit dan mata serta pemberian antibiotik topikal.
• Bula di kulit dirawat dengan kompres basah larutan Burowi.
• Tidak diperbolehkan menggunakan steroid topikal pada lesi kulit.
• Lesi mulut diberi kenalog in orabase.
• Terapi infeksi sekunder dengan antibiotika yang jarang menimbulkan alergi, berspektrum luas, bersifat bakterisidal dan tidak bersifat nefrotoksik, misalnya klindamisin intravena 8-16 mg/kg/hari intravena, diberikan 2 kali/hari.

SJS merupakan dermatologi darurat. Semua obat harus dihentikan, terutama yang dikenal untuk menyebabkan reaksi SJS. Pasien dengan didokumentasikan Mycoplasma infeksi bisa diobati dengan lisan macrolide atau lisan doxycycline.
Pada awalnya, pengobatan ini mirip dengan yang untuk pasien dengan luka bakar panas, dan hanya dapat mendukung (misalnya cairan infus dan nasogastric atau parenteral makan) dan gejala (misalnya analgesik mulut untuk bilasan mulut maag). Dermatologists dan ahli bedah cenderung tidak setuju tentang apakah kulit harus didebride.

Di balik pengobatan tersebut, tidak ada pengobatan untuk SJS yang diterima. Pengobatan dengan kortikosteroid adalah kontroversial. Awal studi retrospektif menunjukkan bahwa peningkatan rumah sakit kortikosteroid tetap dan tingkat komplikasi.

Agen-agen lain telah digunakan, termasuk cyclophosphamide dan siklosforin, tetapi tidak menemukan titik terang keberhasilan terapi. Infus imunoglobulin (IVIG) perawatan telah menunjukkan beberapa janji dalam mengurangi panjang dan meningkatkan reaksi gejala. Langkah-langkah umum lainnya yang mendukung termasuk penggunaan nyeri topikal anestesi dan antiseptik, memelihara lingkungan yang hangat, dan intravena analgesik. Sebuah dokter mata harus segera berkonsultasi, sebagai SJS sering menyebabkan pembentukan jaringan parut di dalam kelopak mata yang menyebabkan gangguan kornea vascularization dan visi, serta sejumlah masalah okular lain. Juga, program terapi fisik harus dilakukan setelah pasien dipulangkan dari rumah sakit.
H. PROGNOSIS
Pada kasus yang tidak berat, prognosisnya baik, dan penyembuhan terjadi dalam waktu 2-3 minggu. Kematian berkisar antara 5-15% pada kasus berat dengan berbagai komplikasi atau pengobatan terlambat dan tidak memadai. Prognosis lebih berat bila terjadi purpura yang lebih luas. Kematian biasanya disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, bronkopneumonia, serta sepsis.


BAB II
KASUS

Penderita Sindrom Steven Jhonson Akhirnya Meninggal

KISARAN (Berita) : Bocah penderita tidak cocok mengkonsumsi obat (Sindrom Steven Jhonson) meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdul Manan Simatupang (RSUD HAMS) Kisaran, Jumat (21/5) sekitar pukul 22.00. Pasien penderita sindrom, Muhammad Ridho, 11 bulan, putra pasangan Suradi Guna, 43, dan Mariati, 36, warga Lingkungan XII Kel. Perjuangan, Kec. Teluknibung, Kota Tanjungbalai telah menjalani perawatan selama lima hari di RSUD HAMS Kisaran, namun nyawanya tidak tertolong karena menderita komplikasi penyakit.
Kami telah mengobati korban sesuai dengan penanganan sindrom steven jhonson. Namun tidak tertolong karena kondisinya terlalu parah akibat menderita komplikasi penyakit,” ujar dokter Spesilis Anak RSUD HAMS Kisaran, dr. Alfian Nasution SpA, Sabtu (20/5). Menurut Alfian, penyakit pasien tersebut merupakan efek samping dari tidak kecocokan obat (drug eruption) dan bukan sebuah kesalahan perawatan (human eror). Untuk itu diperlukan pemahaman masyarakat dalam menggunakan obat. Bila menimbulkan efek samping segera hentikan dan hubungi dokter yang bersangkutan.
Bila kita tidak tidak cocok dengan sejenis obat segara beri tahu dokter agar obat itu tidak diberikan ketika sakit, disamping dokter sendiri harus bertanya kepada pasien tentang jenis obat apa yang tidak cocok dengan tubuhnya,” ujar Alfian. Sementara dr. Faisal, tenaga medis di Puskesmas Teluknibung, Kota Tanjungbalai yang menjadi tempat pasien berobat menyatakan, bocah tersebut menderita sindrom steven jhonson bukan berasal dari obat puskesmas.
Alasannya, pasien berobat di puskesmas pada 4 Mei 2010, sementara korban menderita penyakit sindrom itu pada 17 Mei. Jadi, ada rentang waktu yang lama. Sedangkan berdasarkan ilmu tentang sindrom steven johnson, penyakit tersebut berlangsung cepat. Jadi, sedikit sekali kemungkinan anak itu sakit karena obat yang diberikan puskesmas, tapi besar kemungkinan berasal dari obat lain yang diberikan dokter atau mantri tertentu yang diberikan kepada korban saat berobat.
Reaksi sindrom steven Johnson kepada penderita cukup cepat karena penyakit ini akan terasa ketika obat yang diberikan dikonsumsi,” ujar Faisal. Namun demikian, lanjutnya, pihaknya akan melakukan peningkatan pelayanan dan memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat agar penyakit sejenis tidak ditemui lagi.
Disini kami cukup repot karena kekurangan dokter spesialis dan berharap kepada RSUD Tanjungbalai dapat memenuhi kekurangan itu sehingga bila ada warga yang sakit tidak perlu di rawat ke luar daerah,” papar Faisal.


MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN VARNEY

“Bayi Dengan Syndrom Steven Johnson”
I. Pengumpulan Data

Hari dan tanggal pengkajian : Senin, 24 Mei 2010
Jam : 22.00 WIB
a. Anamnesis
1. Biodata
Nama : Muhammad Ridho
Umur : 11 bulan
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Karya No. 45 Lingkungan XII Kel. Perjuangan, Kec. Teluknibung, Kota Tanjungbalai
2. Keluhan Utama
Orangtua pasien memeriksakan anaknya karena kulit anak :
• ruam
• lepuh dalam mulut, mata, kuping, hidung atau alat kelamin
• bengkak pada kelopak mata, atau mata merah
• konjungtivitis (radang selaput yang melapisi permukaan dalam kelopak mata dan bola mata)
• demam terus-menerus atau gejala seperti flu

b. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan Khusus
Inspeksi : - kulit pasien ruam, lepuh dalam mulut (susah menelan), kuping, hidung atau alat kelamin, bengkak pada kelopak mata, atau mata merah, konjungtivitis (radang selaput yang melapisi permukaan dalam kelopak mata dan bola mata)

Auskultasi : - nafas tidak beraturan disertai nyeri pada dada dan batuk

- Pemeriksaan Penunjang
TD : 90/60 mmhg
HR : 120 x/menit
RR : 56 x/menit
Temp : 39°C (demam)

II. Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan

DS : Syndrom Steven Johnson (drug eruption)
Data Dasar :
• ruam
• lepuh dalam mulut, mata, kuping, hidung atau alat kelamin
• bengkak pada kelopak mata, atau mata merah
• konjungtivitis (radang selaput yang melapisi permukaan dalam kelopak mata dan bola mata)
• demam terus-menerus atau gejala seperti flu

DO : Inspeksi : - kulit pasien ruam, lepuh dalam mulut (susah menelan dan batuk), kuping, hidung atau alat kelamin, bengkak pada kelopak mata, atau mata merah, konjungtivitis (radang selaput yang melapisi permukaan dalam kelopak mata dan bola mata)

Auskultasi : - nafas tidak beraturan disertai nyeri pada dada dan batuk

III. Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Kemungkinan Penyakit adalah Syndrom Steven Johnson (drug eruption/ tipe III reaksi kompleks imun yang disebabkan oleh kompleks soluble dari antigen atau metabolitnya). Jika dibiarkan terus-menerus maka pasien akan mengalami Nekrosis Epidermal Toksik (NET) dimana manifestasi klinis hampir serupa tetapi keadaan umum NET terlihat lebih buruk daripada SSJ.

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera

1. Lakukan tindakan Kolaborasi/Rujukan ke RS untuk dirawat inap
2. Sampai di RS, lakukan tindakan pertolongan pertama :
 Berikan cairan dan elektrolit, serta kalori dan protein secara parenteral melalui NGT.
 Berikan analgesik mulut untuk bilasan mulut maag
 Lakukan perawatan kulit seperti luka bakar

V. Rencana Tindakan Asuhan
1. Beri cairan NaCl 0,9 % dengan 20x tetes/menit, serta kalori dan protein secara parenteral.
2. Beri Antibiotik spektrum luas, selanjutnya berdasarkan hasil biakan dan uji resistensi kuman dari sediaan lesi kulit dan darah.
3. Beri Kotikosteroid parenteral: deksamentason dosis awal 1mg/kg BB bolus, kemudian selama 3 hari 0,2-0,5 mg/kg BB tiap 6 jam. Penggunaan steroid sistemik masih kontroversi, ada yang mengganggap bahwa penggunaan steroid sistemik pada anak bisa menyebabkan penyembuhan yang lambat dan efek samping yang signifikan, namun ada juga yang menganggap steroid menguntungkan dan menyelamatkan nyawa.
4. Berikan Antihistamin bila perlu. Terutama bila ada rasa gatal. Feniramin hidrogen maleat (Avil) dapat diberikan dengan dosis untuk usia 1-3 tahun 7,5 mg/dosis, untuk usia 3-12 tahun 15 mg/dosis, diberikan 3 kali/hari. Sedangkan untuk setirizin dapat diberikan dosis untuk usia anak 2-5 tahun : 2.5 mg/dosis,1 kali/hari; > 6 tahun : 5-10 mg/dosis, 1 kali/hari. Perawatan kulit dan mata serta pemberian antibiotik topikal.
5. Rawat Bula di kulit dengan kompres basah larutan Burowi.
6. Tidak diperbolehkan menggunakan steroid topikal pada lesi kulit.
7. Beri kenalog in orabase di lesi mulut.
8. Lakukan terapi infeksi sekunder dengan antibiotika yang jarang menimbulkan alergi, berspektrum luas, bersifat bakterisidal dan tidak bersifat nefrotoksik, misalnya klindamisin intravena 8-16 mg/kg/hari intravena, diberikan 2 kali/hari.
VI. Pelaksanaan
1. Memberikan cairan NaCl 0,9 % dengan 20x tetes/menit, serta kalori dan protein secara parenteral.
2. Memberikan Antibiotik spektrum luas, selanjutnya berdasarkan hasil biakan dan uji resistensi kuman dari sediaan lesi kulit dan darah.
3. Memberikan Kotikosteroid parenteral: deksamentason dosis awal 1mg/kg BB bolus, kemudian selama 3 hari 0,2-0,5 mg/kg BB tiap 6 jam. Penggunaan steroid sistemik masih kontroversi, ada yang mengganggap bahwa penggunaan steroid sistemik pada anak bisa menyebabkan penyembuhan yang lambat dan efek samping yang signifikan, namun ada juga yang menganggap steroid menguntungkan dan menyelamatkan nyawa.
4. Memberikan Antihistamin bila perlu. Terutama bila ada rasa gatal. Feniramin hidrogen maleat (Avil) dapat diberikan dengan dosis untuk usia 1-3 tahun 7,5 mg/dosis, untuk usia 3-12 tahun 15 mg/dosis, diberikan 3 kali/hari. Sedangkan untuk setirizin dapat diberikan dosis untuk usia anak 2-5 tahun : 2.5 mg/dosis,1 kali/hari; > 6 tahun : 5-10 mg/dosis, 1 kali/hari. Perawatan kulit dan mata serta pemberian antibiotik topikal.
5. Merawat Bula di kulit dengan kompres basah larutan Burowi.
6. Tidak menggunakan steroid topikal pada lesi kulit.
7. Memberikan kenalog in orabase di lesi mulut.
8. Melakukan terapi infeksi sekunder dengan antibiotika yang jarang menimbulkan alergi, berspektrum luas, bersifat bakterisidal dan tidak bersifat nefrotoksik, misalnya klindamisin intravena 8-16 mg/kg/hari intravena, diberikan 2 kali/hari.
VII. Evaluasi
1. Pasien mendapatkan pengobatan dan terapi dari RS
2. Perawatan dilakukan di dalam unit rawat luka bakar (ICU), dan kewaspadaan dilakukan secara ketat untuk menghindari infeksi.
3. Setelah dilakukan perawatan selama ± 2 bulan lesi pada kulit mengalami pembaikan, konjungtiva pada mata sudah mengalami perubahan pembaikan seperti normal kembali.







PENDOKUMENTASIAN SOAP


S 1. Muhammad Ridho (11 bulan) dengan kulit ruam
2. lepuh dalam mulut, mata, kuping, hidung atau alat kelamin
3. bengkak pada kelopak mata, atau mata merah
4. konjungtivitis (radang selaput yang melapisi permukaan dalam kelopak mata dan bola mata)
5. demam terus-menerus atau gejala seperti flu
O 1. kulit ruam, lepuh dalam mulut (susah menelan), kuping, hidung atau alat kelamin, bengkak pada kelopak mata, atau mata merah, konjungtivitis (radang selaput yang melapisi permukaan dalam kelopak mata dan bola mata)
2. nafas tidak beraturan disertai nyeri pada dada dan batuk
3. TD : 90/60 mmhg
4. HR : 120 x/menit
5. RR : 56 x/menit
6. Temp : 39°C
A 1. DS : Syndrom Steven Johnson (drug eruption/ tipe III reaksi kompleks imun yang disebabkan oleh kompleks soluble dari antigen atau metabolitnya)
2. Lakukan tindakan Kolaborasi/Rujukan ke RS untuk dirawat inap
3. Sampai di RS, lakukan tindakan pertolongan pertama :
 Berikan cairan dan elektrolit, serta kalori dan protein secara parenteral melalui NGT.
 Berikan analgesik mulut untuk bilasan mulut maag
 Lakukan perawatan kulit seperti luka bakar

P Hari/Tanggal : Rabu, 26 Mei 2010
1. Memberikan cairan NaCl 0,9 % dengan 20x tetes/menit, serta kalori dan protein secara parenteral.
2. Memberikan Antibiotik spektrum luas.
3. Memberikan Kotikosteroid parenteral: deksamentason dosis awal 1mg/kg BB bolus, kemudian selama 3 hari 0,2-0,5 mg/kg BB tiap 6 jam.
4. Memberikan Antihistamin bila perlu. Terutama bila ada rasa gatal. Feniramin hidrogen maleat (Avil) dapat diberikan dengan dosis untuk usia 1-3 tahun 7,5 mg/dosis, untuk usia 3-12 tahun 15 mg/dosis, diberikan 3 kali/hari. Sedangkan untuk setirizin dapat diberikan dosis untuk usia anak 2-5 tahun : 2.5 mg/dosis,1 kali/hari; > 6 tahun : 5-10 mg/dosis, 1 kali/hari. Perawatan kulit dan mata serta pemberian antibiotik topikal.
5. Merawat Bula di kulit dengan kompres basah larutan Burowi.
6. Tidak menggunakan steroid topikal pada lesi kulit.
7. Memberikan kenalog in orabase di lesi mulut.
8. Melakukan terapi infeksi sekunder dengan antibiotika yang jarang menimbulkan alergi, berspektrum luas, bersifat bakterisidal dan tidak bersifat nefrotoksik, misalnya klindamisin intravena 8-16 mg/kg/hari intravena, diberikan 2 kali/hari.
Evaluasi
Hari/Tanggal : Senin, 26 Juli 2010
1. Pasien mendapatkan pengobatan dan terapi dari RS
2. Perawatan dilakukan di dalam unit rawat luka bakar (ICU), dan kewaspadaan dilakukan secara ketat untuk menghindari infeksi.
3. Setelah dilakukan perawatan selama ± 2 bulan lesi pada kulit mengalami pembaikan, konjungtiva pada mata sudah mengalami perubahan pembaikan seperti normal kembali.































BAB III
KESIMPULAN


1. Sindrom Steven-Johnson (SSJ) merupakan suatu kumpulan gejala klinis erupsi mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit vesikulobulosa, mukosa orifisium serta mata disertai gejala umum berat

2. faktor penyebab timbulnya SSJ diantaranya : respon imun terhadap obat, infeksi (virus, jamur, bakteri, parasit), obat antibiotik (salisilat, sulfa, penisilin, etambutol, tegretol, tetrasiklin, digitalis, kontraseptif), makanan (coklat), fisik (udara dingin, sinar matahari, sinar X), lain-lain (penyakit polagen, keganasan, kehamilan), obat antikejang (mis. fenitoin) dan obat antinyeri, termasuk yang dijual tanpa resep (mis. ibuprofen)

3. Perawatan dilakukan di dalam unit rawat luka bakar (ICU), dan kewaspadaan dilakukan secara ketat untuk menghindari infeksi






























DAFTAR PUSTAKA


• www.ummusalma.wordpress.com
• www.spiritia.or.id
• www.x-unearthly.blogspot.com
• www.beritasore.com
• www.kaskus.us